Global Warming and Coral Bleaching
FENOMENA GLOBAL WARMING (PEMANASAN GLOBAL)
Bumi merupakan salah
satu planet dalam gugusan tata surya Bimasakti yang terlindungi oleh
lapisan-lapisan atmosfer yang tersusun dari berbagai jenis gas.
Dijelaskan dalam beberapa literature bahwa atmosfer ini menyelimuti bumi
hingga sampai ketinggian ± 700 km di atas permukaan tanah. Atmosfer
bumi tersusun oleh beberapa lapisan, yaitu lapisan troposfer, stratosfer, mesosfer, thermosfer, dan eksosfer. Dan juga tersusun dari berbagai jenis gas, diantaranya adalah :
Gambar 1. Komposisi gas-gas penyusun di dalam atmosfer.
Keberadaan atmosfer
sangatlah penting bagi kehidupan di bumi karena fungsinya yang
melindungi bumi dari berbagai benda langit serta radiasi sinar matahari
yang berbahaya sehingga suhu bumi dapat terjaga agar cukup stabil dan
aman untuk dapat ditinggali oleh mahkluk hidup di dalamnya. Secara
sederhana, lapisan atmosfer dapat diilustrasikan seperti gambar di
bawah.
Gambar 2 . Skema tingkatan lapisan atmosfer.
Betapa pentingnya
permasalahan atmosfer ini hingga kemudian kini menjadi perbincangan oleh
banyak kalangan, khususnya para pemerhati lingkungan. Hal tersebut
terjadi dikarenakan munculnya beberapa fenomena alam yang terjadi dalam
beberapa dekade ini. Beberapa contoh kasus terkait dengan atmosfer
adalah fenomena global warming (pemanasan global) yang terjadi
hampir merata di seluruh dunia. Pemanasan global atau Global Warming
adalah proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan
bumi.
Berdasarkan pengamatan selama 157 tahun terakhir menunjukkan suhu permukaan bumi yang mengalami peningkatan sebesar 0.05 °C per dekade. Selama 25 tahun terakhir peningkatan suhu semakin tajam, yaitu sebesar 0.18 °C per dekade (lihat grafik).
Pemanasan global ini terjadi karena diakibatkan oleh aktifitas manusia yang berlebihan sehingga menyebabkan meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca (gas dalam atmosfer) yang menimbulkan efek rumah kaca.
Berdasarkan pengamatan selama 157 tahun terakhir menunjukkan suhu permukaan bumi yang mengalami peningkatan sebesar 0.05 °C per dekade. Selama 25 tahun terakhir peningkatan suhu semakin tajam, yaitu sebesar 0.18 °C per dekade (lihat grafik).
Pemanasan global ini terjadi karena diakibatkan oleh aktifitas manusia yang berlebihan sehingga menyebabkan meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca (gas dalam atmosfer) yang menimbulkan efek rumah kaca.
Gambar 3 . Grafik yang menunjukkan peningkatan temperatur air
per 20 tahunan.
Pemakaian bahan bakar
fosil yang berlebihan, rumah-rumah peternakan yang tidak ramah
lingkungan, penebangan hutan yang berlebihan, dan lain sebagainya
merupakan beberapa aktifitas manusia yang menyebabkan terjadinya
peningkatan efek rumah kaca. Efek gas rumah kaca ini terjadi karena gas
CO2 dan CH4 yang berlebihan di atmosfer yang
menahan radiasi matahari yang dipantulan dari bumi sehingga panas yang
dipantulkan oleh bumi tidak dapat keluar dari atmosfer. Inilah yang
menyebabkan panas tetap berada di dalam bumi dan kemudian menimbulkan
peningkatan suhu bumi secara kontinu. Untuk memperjelas dapat
memperhatikan gambar berikut :
Gambar 4 . Konsep terjadinya efek gas rumah kaca.
Ternyata permasalahan
tidak hanya sampai di situ, sebab gejala efek gas rumah kaca ini juga
menyebabkan suatu 'efek domino'. Efek lanjutan yang diakibatkan antara
lain dapat diamati melalui fenomena alam akan pencairannya
glestser-gletser dikutub secara besar-besaran.
Pencairan
gletser-gletser ini ternyata menimbulkan kenaikan muka air laut (sea
level rise) secara luas, bahkan dampaknya sudah sangat memprihatinkan.
Hal ini terjadi karena meningkatnya volume air yang menuju ke laut, baik
karena pencairan gletser, aliran sungai ke laut, atau curah hujan yang
tinggi secara terus-menerus, Berdasarkan data hasil pengamatan
mengatakan bahwa dalam 10 tahun terakhir permukaan laut meningkat
setinggi 0.1 m hingga 0.3 meter, sedangkan melalui model prediksi
diperkirakan ada perubahan antara 0.3 hingga 0.5 meter, dan kemungkinan
akan menutupi area seluas satu juta kilometer persegi (km2). Sehingga dampak nyata dan paling mengancam dari fenomena global warming ini
adalah terjadinya penaikan muka air laut (sea level rise) yang oleh
para pengamat diprediksi akan mengancam kehidupan pesisir dan
pulau-pulau kecil, termasuk kehidupan terumbu karang di perairan
pesisir.
FENOMENA CORAL BLEACHING (PEMUTIHAN KARANG)
Pada dasarnya banyak
faktor yang menjadi penyebab terjadinya kerusakan karang, baik faktor
yang bersifat alami seperti pemanasan global, cyclone, dan tsunami,
ataupun yang bersifat buatan yang disebabkan oleh aktifitas manusia yang
tidak benar, seperti penggunaan potassium dan bom ikan dalam menangkap
ikan. Namun selain penyebab-penyebab di atas, perubahan iklim akibat
pemanasan global yang terjadi secara signifikan dalam kurun waktu
dasawarsa ini membawa dampak yang sangat berarti terhadap sumber daya
kelautan dan perikanan , termasuk terumbu karang.
Terumbu karang sendiri merupakan sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis alga laut yang dikenal sebagai zooxanthellae yang
kemudian berkembang dan membentuk suatu koloni terumbu karang. Koloni
ini terbentuk dari ratusan bahkan ribuan hewan kecil yang juga dikenal
dengan nama polip.
Gambar 5 . Proses pertumbuhan polip hingga menjadi
karang yang bercabang.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi keberlangsungan pertumbuhan polip kecil adalah suhu,
salinitas, cahaya dan kedalaman, tingkat kecerahan, serta dinamika arus
dan gelombang yang diterimanya. Jika factor-factor di atas sesuai dengan
standart yang diperlukan bagi pertumbuhan polip kecil maka koloni
tersebut akan tumbuh dengan baik.
Namun, dampak yang terjadi akibat fenomena pemanasan global yang sudah dijelaskan di atas telah mengakibatkan terjadinya perubahan yang sangat mengkhawatirkan terhadap factor-faktor penunjang kebutuhan hidup suatu karang. Sebut saja suhu, akibat efek gas rumah kaca yang menyebabkan penaikan temperatur bumi secara berkala sehingga suhu air laut, khususnya di permukaan, juga ikut meningkat. Dengan meningkatnya temperatur air laut maka mengakibatkan zooxanthellae yang merupakan nutrisi penting yang dibutuhkan karang semakin berkurang. Dan dengan peningkatan suhu perairan, maka terumbu karang di laut tropis akan mengalami pemutihan , dimana pada tahun 1998 antara 10% hingga 15% terumbu karang dunia mengalami kematian yang berdampak lanjut hingga saat ini sekitar 15% dari karang dunia rusak setiap tahun.
Dan karang-karang yang mengalami pemutihan tersebut dinamakan coral bleaching. Jika hal tersebut tetap dan terus berlangsung maka karang yang mengalami pemutihan tadi akan menjadi karang mati atau death coral.
Gambar 6. Fenomena pemutihan karang (coral bleaching)
akibat pemanasan global.
Dalam kasus lain seperti naiknya muka air laut atau sea level rise,
ternyata juga membawa dampak buruk terhadap ekosistem terumbu karang.
Kenaikan muka air ini dikarenakan volume air yang sangat besar yang
menuju ke laut, baik yang berasal dari pencairan gletser, aliran sungai
yang menuju ke laut, serta curah hujan yang tinggi di laut. Peningkatan
muka air inilah yang menjadi ancaman sirius bagi kehidupan terumbu
karang. Sebab karang merupakan salah satu organisme pelagic yang sangat
sensitif terhadap perubahan, seperti perubahan kedalaman, maka sedikit
perubahan muka air laut saja akan menimbulkan perubahan kondisi pula.
Terumbu karang tidak dapat hidup dengan baik dalam perairan yang terlalu
dangkal maupun perairan yang terlalu dalam. Maka dari itu jika
terjadinya kenaikan muka air adalah masalah bagi kelanjutan hidup
terumbu karang.
Gambar 7. Pemutihan karang secara massal akibat
kenaikan suhu dan muka air laut.
Dampak lainnya yang
disebabkan oleh pemanasan global adalah curah hujan yang tinggi di
daerah tropis yang mengakibatkan debit air yang berlebihan menuju ke
laut. Aliran air hujan yang menuju ke laut ini juga membawa sedimen dan
limbah berbahaya yang berpotensi mencemari perairan di wilayah-wilayah
pesisir. Aliran air yang membawa sedimen berupa lumpur dan pasir dalam
jumlah besar selain mencemari perairan pesisr juga mampu membunuh
terumbu karang di sekitarnya. Hal tersebut dapat terjadi karena
butiran-butiran sedimen akan menutup mulut-mulut polip yang menempel
dikarang sehingga polip tidak akan mendapat nutrisi secara optimal dan
hal tersebut akan mengakibatkan karang kekurangan nutrisi dan menjadi
mati.
Lumpur dan limbah yang terbawa oleh air hujan atau dari sungai tersebut juga mampu membuat perairan pesisir menjadi keruh dan kotor. Jika hal tersebut terjadi maka sinar matahari tidak akan bisa masuk kedalam laut. Padahal sinar matahari merupakan salah satu nutrisi yang dibutuhkan terumbu karang untuk dapat melakukan fotosintesis agar karang dapat berkembang. Jika tingkat kecerahan menurun dan intensitas matahari yang diterima oleh terumbu karang berkurang maka karang akan mengalami ganguan pertumbuhan dan akan terjadi pemutihan atau bleaching.
Efek lain yang ditimbulkan oleh pemanasan global adalah perubahan iklim yang sangat signifikan. Perubahan iklim ini terjadi dikarenakan adanya perubahan sistem sirkulasi laut secara global yang lebih dikenal dengan istilah Great Ocean Conveyor Belt (Sabuk Arus Laut Dalam). Dimana dalam sistem ini arus mengangkut sejumlah besar panas dan garam di sekitar bumi melalui arus permukaan laut yang hangat dan arus dalam yang lebih dingin, dimana sistem inilah yang sangat berperan penting dalam menentukan iklim di bumi. Karena terjadi perubahan dinamika arus maka iklim pun juga menjadi berubah-ubah tanpa dapat diprediksi secara tepat. Perubahan iklim ini kemudian berimbas terhadap munculnya badai-badai di laut seperti Cyclone, Typhoon, serta El Nino dan La Nina. Terjadinya badai tersebut mengakibatkan gelombang-gelombang tinggi yang kemudian diikuti dengan pergerakan arus yang semakin kencang sehingga membuat karang-karang terhempas dari mediumnya. Jika hal ini terus terjadi maka gugusan terumbu karang akan mengalami kerusakan dan akan mengakibatkan terjadinya pemutihan karang.
Peningkatan suhu air laut, kenaikan muka air laut, pencemaran wilayah pesisir, dan pergerakan air laut yang semakin ekstrim merupakan sedikt dampak yang ditimbulkan oleh fenomena pemasanan global diseluruh permukaan bumi. Dan hal ini kemudian menjadi bencana terhadap kondisi-kondisi kehidupan di dalamnya, termasuk ekosistem terumbu karang. Coral Bleaching merupakan dampak yang diakibatkan oleh efek pemanasan global dan ini dapat merugikan kehidupan sekarang maupun yang akan dapat.
Gambar 8. Salah satu jenis terumbu karang yang
mengalami bleaching.
KESIMPULAN
Dari uraian yang sudah dijelaskan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan terkait permasalahan Global Warming ini, di antaranya adalah :
- Keberadaan gas rumah kaca yang menyelimuti bumi ini adalah sebagai pelindung dari radiasi pendek sinar matahari serta penjaga agar suhu permukaan tetap stabil untuk dapat ditinggali makhluk hidup.
- Pemakaian bahan bakar fosil secara berlebihan yang mengakibatkan emisi karbondioksida yang terlalu tinggi menimbulkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer semakin tinggi pula. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya efek gas rumah kaca.
- Efek gas rumah kaca ternyata berdampak terjadinya berbagai macam fenomena alam yang mengkhawatirkan, seperti pencairan gletser-gletser di kutub, pemutihan karang secara masiv, terjadinya El Nino dan La Nina, serta bencana-bencana lainnya.
- Fenomena coral bleaching dan death coral terjadi dikarenakan adanya peningkatan temperature air laut, sea level rise, pencemaran wilayah pesisir, gelombang tinggi dan arus yang kencang, serta pencemaran wilayah pesisir, gelombang tinggi dan arus yang kencang, serta cyclone dan typhoon.
- Kerusakan karang akibat coral bleaching akan berdampak menurunnya populasi perikanan yang berimbas terhadap kerugian sektor perekonomian dan perikanan.
SARAN
Beberapa saran yang perlu diberikan dalam menanggapi permasalahan ini antara lain adalah :
- Hendaklah setiap individu, masyarakat, dan negara mempunyai kesadaran diri untuk ikut serta dalam mengurangi emisi gas CO2 dan CH4.
- Program 4R hendaknya dilakukan secara menyeluruh agar lingkungan tetap terjaga kelestariannya. (Reduce, Reuse, Recycle, and Replant)
- Pelestarian dan pemulihan terumbu karang merupakan kewajiban bagi seluruh elemen masyarakat secara luas karena terumbu karang juga merupakan tumbuhan laut yang dapat menyerap gas CO2 dan memproduksi O2 yang bermanfaat bagi kehidupan.
- Negara bersama masyarakat berkewajiban ikut andil dalam mengurangi dampak pemanasan global, termasuk kegiatan-kegiatan melindungi dan memulihkan terumbu karang, untuk kelangsungan hidup generasi masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
- Freddy Numberi.2009. Perubahan Iklim,Iimplikasi Terhadap Kehidupan di Laut, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil. Jakarta: Citrakreasi Indonesia.
- Muhammad Bakhtiar. 2007. Pengaruh Negatif Pamanasan Global bagi Kelangsungan Hidup Ekosistem Terumbu Karang. Jatinangor : UnPad.
DAFTAR GAMBAR
- http://theearthhours.blogspot.com/ (25-3-2011)
- http://id.wikipedia.org/wiki/Atmosfer (26-03-2011)
- http://ozon-crisis.blogspot.com/ (26-03-2011)
-
http://www.kelautankita.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar