Oceanografi
         
Kata oseanografi adalah kombinasi dari dua kata yunani : oceanus (samudera) dan graphos (uraian/deskripsi) sehingga oseanografi mempunyai arti deskripsi tentang samudera. Tetapi lingkup oseanografi pa da
 kenyataannya lebih dari sekedar deskripsi tentang samudera, karena 
samudera sendiri akan melibatkan berbagai disiplin ilmu jika ingin 
diungkapkan.
Dalam bahasa lain yang lebih lengkap, oseanografi dapat diartikan 
sebagai studi dan penjelajahan (eksplorasi) ilmiah mengenai laut dan seg ala
 fenomenanya. Laut sendiri adalah bagian dari hidrosfer. Seperti 
diketahui bahwa bumi terdiri dari bagian padat yang disebut litosfer, 
bagian cair yang disebut hidrosfer dan bagian gas yang disebut atmosfer.
 Sementara itu bagian yang berkaitan dengan sistem ekologi seluruh 
makhluk hidup penghuni planet Bumi dikelompokkan ke dalam biosfer.
Para ahli oseanografi mempelajari berbagai topik, termasuk organisme 
laut dan dinamika ekosistem; arus samudera, ombak, dan dinamika fluida 
geofisika; tektonik lempeng dan geologi dasar laut; dan aliran berbagai 
zat kimia dan sifat fisik didalam samudera dan pada batas-batasnya. 
Topik beragam ini menunjukkan berbagai disiplin yang digabungkan oleh 
ahli oceanografi untuk memperluas pengetahuan mengenai samudera d an memahami proses di dalamnya: biologi, kimia, geologi, meteorologi, dan fisika.
Beberapa sumber lain berpendapat bahwa ada perbedaan mendasar ya ng membedakan antara oseanografi dan oseanologi. Oseanologi terdiri da ri
 dua kata (dalam bahasa Yunani) yaitu oceanos (laut) dan logos (ilmu) 
yang secara sederhana dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari 
tentang laut. Dalam arti yang lebih lengkap, oseanologi adalah studi 
ilmiah mengenai laut dengan cara menerapkan ilmu-ilmu pengetahuan 
tradisional seperti fisika, kimia, matematika, dan lain-lain ke dalam 
segala aspek mengenai laut .
Oseanografi adalah bagian dari ilmu kebumian atau earth sciences yang 
mempelajari laut,samudra beserta isi dan apa yang berada di dalamnya 
hingga ke kerak samuderanya. Secara umum, oseanografi da pat
 dikelompokkan ke dalam 4 (empat) bidang ilmu utama yaitu: geologi 
oseanografi yang mempelajari lantai samudera atau litosfer di bawah 
laut; fisika oseanografi yang mempelajari masalah-masalah fisis laut 
seperti arus, gelombang, pasang surut dan temperatur air laut; kimia 
oseanografi yang mempelajari masalah-masalah kimiawi di laut, dan yang 
terakhir biologi oseanografi yang mempelajari masalah-masalah yang berkaitan dengan flora dan fauna atau biota di laut.
Studi menyeluruh (komprehensif) mengenai laut dimulai pertama kali 
dengan dilakukannya ekspedisi Challenger (1872-1876) yang dipimpin oleh 
naturalis bernama C.W. Thomson (yang berkebangsaan Skotlandia) dan John 
Murray (yang berkebangsaan Kanada). Istilah Oseanografi sendiri 
digunakan oleh mereka di dalam laporan yang diedit oleh Murray. 
Selanjutnya Murray menjadi pemimpin dalam studi berikutnya mengenai 
sedimen laut. Keberhasilan dari ekspedisi Challenger dan pentingnya ilmu
 pengetahuan tentang laut dalam perkapalan/perhubungan laut, perikanan, 
kabel laut dan studi mengenai iklim akhirnya membawa banyak negara untuk
 melakukan ekspedisi-ekspedisi berikutnya. Organisasi oseanografi 
internasional yang pertama kali didirikan adalah The International 
Council for the Exploration of the Sea (1901).
Oseanografi fisis meliputi dua kegiatan utama (1) studi observasi 
langsung pada samudera dan penyiapan peta sinoptik elemen – elemen yang 
membangun karakter samudera, serta (2) study teoritis proses fisis yang 
diharapkan dapat member arah dalam observasi samudera (William, 1962). 
Keduanya tidak dapat berdiri sendiri tanpa informasi dari sisi kimiawi, 
biologi, dan geologi sebagai bagian dari deskripsi samudera dan sebagai 
validitas kondisi fisisnya.
2.1. Tujuan Praktikum
Tujuan dari laporan praktikum ini adalah sebagai tugas akhir mata kuliah
 oseanografi   fisika dan sebagai bahan referensi ilmiah untuk kajian 
studi oseanografi fisika khususnya pada kajian tentang pasang surut, 
gelombang, dan arus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pantai Pelabuhan Kejawanan Cirebon
PPN Kejawanan terletak di Kelurahan Lemah Wungkuk Kota Cirebon, tepatnya
 pada posisi 060-44’-14” LS/1080-34’-53” BT, dilengkapi dengan berbagai 
sarana seperti sarana pokok, sarana fungsional dan sarana 
tambahan/penunjang, PPN Kejawanan yang berada di bagian Timur Jawa 
Barat, secara geografis sangat strategis karena merupakan pintu gerbang 
Jawa Barat bagian Timur dan dengan mudah menghubungkan daerah pemasaran 
potensial yaitu Bandung dan Jakarta sekaligus sebagai pintu gerbang 
keluar masuknya arus komiditi barang ekspor impor yang berfungsi sebagai
 pusat perdagangan dan industri serta wisatawan domestik maupun asing ke
 Jawa Barat khususnya Cirebon. Oleh karena itu,  Pelabuhan Cirebon 
diklasifikasikan sebagai pelabuhan Indonesia II, merupakan pelabuhan 
paling besar yang terletak di Jawa Barat. Pantai pelabuhan Kejawanan 
memiliki topografi pantai yang landai dan merupakan pantai dengan 
perairan tenang dan gelombang yang tidak terlalu besar. Arah angin 
dominan sepanjang tahun yang mempengaruhi pembentukan gelombang laut 
yang menuju ke arah pantai Teluk Cirebon. Ketinggian gelombang di laut 
Jawa umumnya disebabkan oleh angin biasanya mencapai lebih dari 2 meter 
dan merupakan gelombang laut dalam
2.2. Pasang Surut Muka Air Laut
Gelombang–gelombang laut yang paling panjang adalah yang berhubungan 
dengan pasang surut, dan dikarakterisasi oleh naik dan turunnya 
permukaan laut yang berirama setelah periode beberapa jam. Pasang naik 
biasanya disebut sebagai aliran/flow (atau flood), sedangkan sedangkan 
pasang turun dinamakan (ebb). Istilah surut dan aliran pada pasang surut
 juga biasa digunakan untuk mengartikan arus – arus pasang itu sendiri 
(dan, tentu saja, pasang ‘flood’ lebih sering digunakan daripada 
‘aliran/flow’). Dari awal mulanya telah diketahui bahwa ada hubungan 
antara pasang surut dengan matahari dan bulan. Pasang surut dalam 
keadaan tertinggi pada saat bulan purnama atau baru, dan waktu – waktu 
pasang surut yang tinggi pada lokasi tertentu dapat diperkirakan (tapi 
tidak tepat sekali) dihubungkan dengan posisi bulan di langit. Karena 
pergerakan relatif bumi, matahari, bulan cukup rumit, maka mengakibatkan
 pengaruh mereka akan peristiwa pasang surut menghasilkan pola – pola 
kompleks yang sama. Meskipun begitu, jarak gaya – gaya yang ditimbulkan 
oleh pasang surut dapat dirumuskan dengan tepat, walaupun respon lautan 
atas gaya – gaya ini dimodifikasi oleh efek – efek permanen topografi 
dan efek sementara dari pola – pola cuaca (Dr. Agus Supangat, Pengantar Oseanografi. ITB).
Pasang surut air laut adalah suatu gejala fisik yang selalu berulang 
dengan periode tertentu dan pengaruhnya dapat dirasakan sampai jauh 
masuk kearah hulu dari muara sungai. Pasang surut terjadi karena adanya 
gerakan dari benda benda angkasa yaitu rotasi bumi pada sumbunya, 
peredaran bulan mengelilingi bumi dan peredaran bulan mengelilingi 
matahari. Gerakan tersebut berlangsung dengan teratur mengikuti suatu 
garis edar dan periode yang tertentu. Pengaruh dari benda angkasa yang 
lainnya sangat kecil dan tidak perlu diperhitungkan .
Gerakan dari benda angkasa tersebut di atas akan mengakibatkan 
terjadinya beberapa macam gaya pada setiap titik di bumi ini,yang 
disebut gaya pembangkit pasang surut. Masing masing gaya akan memberikan
 pengaruh pada pasang surut dan disebut komponen pasang surut, dan gaya 
tersebut berasal dari pengaruh matahari, bulan atau kombinasi keduanya.
Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang disebut pasang rendah. Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang pasang surut (tidalrange).
 Periode pasang surut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang 
ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Harga periode pasang surut 
bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit.
Pasang purnama (spring tide) terjadi
 ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada 
saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang 
rendah yang sangat rendah. Pasang surut purnama ini terjadi pada saat 
bulan baru dan bulan purnama.
Pasang perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan 
dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan 
pasang tinggi yang rendah dan pasang rendah yang tinggi. Pasang surut 
perbani ini terjadi pasa saat bulan 1/4 dan 3/4.

Gambar. Spring Tide dan Neap Tide
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek 
sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi.
 Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding 
terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari 
matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya 
tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan 
lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi 
menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua 
tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang 
dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu
 rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari.
Untuk menjelaskan terjadinya pasang surut maka mula-mula dianggap bahwa 
bumi benar-benar bulat serta seluruh permukaannya ditutupi oleh lapisan 
air laut yang sama tebalnya sehingga didalam hal ini dapat diterapkan 
teori keseimbangan. Pada setiap titik dimuka bumi akan terjadi pasang 
surut yang merupakan kombinasi dari beberapa komponen yang mempunyai 
amplitudo dan kecepatan sudut yang tertentu sesuai dengan gaya 
pembangkitnya. Pada keadaan sebenarnya bumi tidak semuanya ditutupi oleh
 air laut melainkan sebagian merupakan daratan dan juga kedalaman laut 
berbeda beda. Sebagai konsekwensi dari teori keseimbangan maka pasang 
surut akan terdiri dari beberapa komponen yang mempunyai kecepatan 
amplitudo dan kecepatan sudut tertentu, sama besarnya seperti yang 
diuraikan pada teori keseimbangan.
Kisaran pasang-surut (tidal range), yakni perbedaan tinggi muka air pada
 saat pasang maksimum dengan tinggi air pada saat surut minimum, 
rata-rata berkisar antara 1 m hingga 3 m.
Tipe pasut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan surut setiap 
harinya. Hal ini disebabkan karena perbedaan respon setiap lokasi 
terhadap gaya pembangkit pasang surut. Jika suatu perairan mengalami 
satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, maka kawasan 
tersebut dikatakan bertipe pasut harian tunggal (diurnal tides), namun jika terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari, maka tipe pasutnya disebut tipe harian ganda (semidiurnal tides). Tipe pasut lainnya merupakan peralihan antara tipe tunggal dan ganda disebut dengan tipe campuran (mixed tides) dan tipe pasut ini digolongkan menjadi dua bagian yaitu tipe campuran condong harian ganda (Mixed Tide predominantly Semi-diurnal Tide) dan tipe campuran condong harian tunggal (Mixed Tide predominantly Diurnal Tide).

Gambar Tipe-Tipe Pasut
Penyebab variasi pasang surut, antara lain:
1.      Kedalaman Laut
Agar tonjolan air laut dapat mengikuti gerakan bulan, haruslah dapat 
bergerak mengellingi bumi dalam 25 jam, namun kecepatan maksimum 
gelombang untuk bergerak dibatasi oleh kedalaman laut. Dibutuhkan 
kedalaman samudera rata-rata 22 km agar ketinggian pasut dapat orbit 25 
jam, nyatanya kedalaman laut rata-rata hanya 4 km.
2.         Massa Daratan dan Topografi Dasar Laut
Adanya daratan menghalangi tonjolan untuk bergerak mengitari bumi. Bukit dan palung di laut menghalangi berkembangnya pasut.
3.         Gesekan
Teori pasut mengabaikan gesekan antara dasar laut dengan air maupun 
gesekan dalam air itu sendiri. Viskositas memperlambat reaksi air 
terhadap gaya penyebab pasut.
4.         Pengaruh Gaya Coriolis
Akibat putaran bumi pada porosnya, membelokkan gaya yang bekerja.
5.         Resonansi
Tiap bagian air mempunyai periode osilasi alami tergantung ukuran dan 
kedalaman. Jika gelombang terjadi dalam bagian air yang mempunyai 
frekuensi sama, maka gelombang tersebut cenderung diperbesar.
Untuk meramalkan pasang surut, diperlukan data amplitudo dan beda fasa 
dari masing-masing komponen pembangkit pasang surut. Komponen-komponen 
utama pasang surut terdiri dari komponen tengah harian dan harian. Namun
 demikian, karena interaksinya dengan bentuk (morfologi) pantai dan 
superposisi antar gelombang pasang surut komponen utama, akan 
terbentuklah komponen-komponen pasang surut yang baru.

Gambar 1. Pola gerak muka air pasut di Indonesia (Triatmodjo, 1996).
Seperti telah disebutkan di atas, komponen-komponen utama pasang surut 
terdiri dari komponen tengah harian dan harian. Namun demikian, karena 
interaksinya dengan bentuk (morfologi) pantai, superposisi antar 
komponen pasang surut utama, dan faktor-faktor lainnya akan 
mengakibatkan terbentuknya komponen-komponen pasang surut yang baru.
2.2.1 Energi Pasang Surut Air Laut
Indonesia dengan luas perairan hampir 60% dari total luas wilayah 
sebesar 1.929.317 km2, Indonesia seharusnya bisa menerapkan teknologi 
alternatif ini. Apalagi dengan bentangan Timur ke Barat sepanjang 5.150 
km dan bentangan Utara ke Selatan 1.930 km telah mendudukkan Indonesia 
sebagai negara dengan garis pantai terpanjang di dunia. Pada musim 
hujan, angin umumnya bergerak dari Utara Barat Laut dengan kandungan uap
 air dari Laut Cina Selatan dan Teluk Benggala. Di musim Barat, 
gelombang air laut naik dari biasanya di sekitar Pulau Jawa. Fenomena 
alamiah ini mempermudah pembuatan teknik pasang surut tersebut.
Penerapannya di Indonesia bukanlah sesuatu yang mustahil. Tapi perlu ada
 master plan yang jelas untuk mewujudkannya. Karena ini dapat menjadi 
sumber energi alternatif potensial. Apalagi proses pembuatannya tidak 
merusak alam, melainkan ramah lingkungan. Tetapi sebelumnya, harus 
dilakukan sebuah riset yang berguna untuk mengukur kedalaman sepanjang 
garis pantai Indonesia. Sehingga dapat ditentukan di daerah mana saja 
yang layak. Bangsa Indonesia seharusnya menyadari bahwa alam menyediakan
 semua yang dibutuhkan. Hanya perlu kerja keras dan kebijakan yang 
memperhatikan sumber daya alam yang terbatas. Sehingga Indonesia tidak 
perlu risau akan cadangan energy.
Pasang-surut tidak hanya mempengaruhi lapisan di bagian teratas saja, 
melainkan seluiruh massa air. Energinya pun sangat besar. Di 
perairan-perairan pantai, terutama di teluk-teluk atau selat-selat yang 
sempit, gerakan naik-turunnya muka air akan menimbulkan terjadinya arus 
pasang-surut. Di tempat-tempat tertentu arus pasang-surut ini cukup 
kuat. Berbeda dengan arus yang disebabkan oleh angin yang hanya terjadi 
pada air lapisan tipis di permukaan, arus pasang-surut bisa mencapai 
lapisan yang lebih dalam.
2.2.2. Daftar Istilah pada pasang surut :
- Mean Sea Level (MSL) atau Duduk Tengah adalah muka laut rata-rata pada suatu periode pengamatan yang panjang, sebaiknya selama 18,6 tahun.
- Mean Tide Level (MTL) adalah rata-rata antara air tinggi dan air rendah pada suatu periode waktu.
- Mean High Water (MHW) adalah tinggi air rata-rata pada semua pasang tinggi.
- Mean Low Water (MLW) adalah tinggi air rata-rata pada semua surut rendah.
- Mean Higher High Water (MHHW) adalah tinggi rata-rata pasang tertinggi dari dua air tinggi harian pada suatu periode waktu yang panjang. Jika hanya satu air tinggi terjadi pada satu hari, maka air tinggi tersebut diambil sebagai air tinggi terttinggi.
- Mean Lower High Water (MLHW) adalah tinggi rata-rata air terendah dari dua air tinggi harian pada suatu periode waktu yang panjang. Hal ini tidak akan terjadi untuk pasut harian (diurnal).
- Mean Higher Low Water (MHLW) adalah tinggi rata-rata air tertinggi dari dua air rendah harian pada suatu periode waktu yang panjang. Hal ini tidak akan terdapat pada pasut diurnal.
- Mean Lower Low Water (MLLW) adalah tinggi rata-rata air terendah dari dua air rendah harian pada suatu periode waktu yang panjang. Jika hanya satu air rendah terjadi pada satu hari, maka harga air rendah tersebut diambil sebagai air rendah terendah.
- Mean High Water Springs (MHWS) adalah tinggi rata-rata dari dua air tinggi berturut-turut selama periode pasang purnama, yaitu jika tunggang (range) pasut itu tertinggi.
- Mean Low Water Springs (MLWS) adalah tinggi rata-rata yang diperoleh dari dua air rendah berturut-turut selama periode pasang purnama.
- Mean High Water Neaps (MHWN) adalah tinggi rata-rata dari dua air tinggi berturut-turut selama periode pasut perbani (neap tides), yaitu jika tunggang (range) pasut paling kecil.
- Mean Low Water Neaps (MLWN) adalah tinggi rata-rata yang dihitung dari dua air berturut-turut selama periode pasut perbani.
- Highest Astronomical Tide (HAT)/Lowest Astronomical Tide (LAT) adalah permukaan laut tertinggi/terendah yang dapat diramalkan terjadi di bawah pengaruh keadaan meteorologis rata-rata dan kombinasi keadaan astronomi. Permukaan ini tidak akan dicapai pada setiap tahun. HAT dan LAT bukan permukaan laut yang ekstrim yang dapat terjadi, storm surges mungkin saja dapat menyebabkan muka laut yang lebih tinggi dan lebih rendah. Secara umum permukaan (level) di atas dapat dihitung dari peramalan satu tahun. Harga HAT dan LAT dihitung dari data beberapa tahun.
- Mean Range (Tunggang Rata-rata) adalah perbedaan tinggi rata-rata antara MHW dan MLW.
- Mean Spring Range adalah perbedaan tinggi antara MHWS dan MLWS.
- Mean Neap Range adalah perbedaan tinggi antara MHWN dan MLWN.
2.3. Arus
Arus laut adalah gerakan massa air laut yang berpindah dari satu tempat 
ke tempat lain. Arus di permukaan laut terutama disebabkan oleh tiupan 
angin, sedang arus di kedalaman laut disebabkan oleh perbedaan densitas 
massa air laut. Selain itu, arus di permukan laut dapat juga disebabkan 
oleh gerakan pasang surut air laut atau gelombang. Arus laut dapat 
terjadi di samudera luas yang bergerak melintasi samudera (ocean 
currents), maupun terjadi di perairan pesisir (coastal currents).

Pola umum sirkulasi arus global (Nearshore current)
2.1.1 Arus Samudera
- Arus Permukaan Laut di Samudera (Surface Circulation)
Penyebab utama arus permukaan laut di samudera adalah tiupan angin yang 
bertiup melintasi permukaan Bumi melintasi zona-zona lintang yang 
berbeda. Ketika angin melintasi permukaan samudera, maka massa air laut 
tertekan sesuai dengan arah angin.
Pola umum arus permukaan samudera dimodifikasi oleh faktor-faktor fisik 
dan berbagai variabel seperti friksi, gravitasi, gerak rotasi Bumi, 
konfigurasi benua, topografi dasar laut, dan angin lokal. Interaksi 
berbagai variabel itu menghasilkan arus permukaan samudera yang rumit.
Arus di samudera bergerak secara konstan. Arus tersebut bergerak 
melintasi samudera yang luas dan membentuk aliran yang berputar searah 
gerak jarum jam di Belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere), dan 
berlawanan arah gerak jarum jam di Belahan Bumi Selatan (Southern 
Hemisphere). Karena gerakannya yang terus menerus itu, massa air laut 
mempengaruhi massa udara yang ditemuinya dan merubah cuaca dan iklim di 
seluruh dunia.
- Arus di Kedalaman Samudera (Deep-water Circulation)
Faktor utama yang mengendalikan gerakan massa air laut di kedalaman 
samudera adalah densitas air laut. Perbedaan densitas diantara dua massa
 air laut yang berdampingan menyebabkan gerakan vertikal air laut dan 
menciptakan gerakan massa air laut-dalam (deep-water masses) yang 
bergerak melintasi samudera secara perlahan. Gerakan massa air 
laut-dalam tersebut kadang mempengaruhi sirkulasi permukaan.
Perbedaan densitas massa air laut terutama disebabkan oleh perbedaan 
temperatur dan salinitas air laut. Oleh karena itu gerakan massa air 
laut-dalam tersebut disebut juga sebagai sirkulasi termohalin 
(thermohaline circulation). Model sirkulasi termohalin secara global 
dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Model sirkulasi termohalin secara global
2.1.1 Arus Perairan Pesisir
- Arus Pasang Surut (Tidal Current)
Arus pasang surut terjadi terutama karena gerakan pasang surut air laut.
 Arus ini terlihat jelas di perairan estuari atau muara sungai. Bila air
 laut bergerak menuju pasang, maka terlihat gerakan arus laut yang masuk
 ke dalam estuari atau alur sungai; sebaliknya ketika air laut bergerak 
menuju surut, maka terlihat gerakan arus laut mengalir ke luar.
- Arus Sepanjang Pantai (longshore current) dan Arus Rip (rip current)
Kedua macam arus ini terjadi di perairan pesisir dekat pantai, dan 
terjadi karena gelombang mendekat dan memukul ke pantai dengan arah yang
 muring atau tegak lurus garis pantai. Arus sepanjang pantai bergerak 
menyusuri pantai, sedang arus rip bergerak menjauhi pantai dengan arah 
tegak lurus atau miring terhadap garis pantai.

Arus sepanjang pantai dan arus rip
2.4. Gelombang Laut
Gelombang laut telah menjadi perhatian utama dalam catatan sejarah. 
Aristoteles (384 – 322 SM) mengamati hubungan antara angin dan 
gelombang. Namun, sampai sekarang, pengetahuan tentang mekanisme 
pembentukan gelombang dan bagaimana gelombang berjalan di lautan masih 
belum sempurna. Ini sebagian karena pengamatan karakteristik gelombang 
di laut sulit dilakukan dan sebagian karena model matematika tentang 
perilaku gelombang didasarkan pada dinamika fluida ideal, dan perairan 
laut tidak sepenuhnya ideal.
Gelombang/ombak yang terjadi di lautan dapat diklasifikasikan menjadi 
beberapa macam tergantung kepada gaya pembangkitnya. Pembangkit 
gelombang laut dapat disebabkan oleh: angin (gelombang angin), gaya 
tarik menarik bumi-bulan-matahari (gelombang pasang-surut), gempa 
(vulkanik atau tektonik) di dasar laut (gelombang tsunami), ataupun 
gelombang yang disebabkan oleh gerakan kapal.
Gelombang yang sehari-hari terjadi dan diperhitungkan dalam bidang 
teknik pantai adalah gelombang angin dan pasang-surut (pasut). Gelombang
 dapat membentuk dan merusak pantai dan berpengaruh pada 
bangunan-bangunan pantai. Energi gelombang akan membangkitkan arus dan 
mempengaruhi pergerakan sedimen dalam arah tegak lurus pantai 
(cross-shore) dan sejajar pantai (longshore). Pada perencanaan teknis 
bidang teknik pantai, gelombang merupakan faktor utama yang 
diperhitungkan karena akan menyebabkan gaya-gaya yang bekerja pada 
bangunan pantai.
Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak 
lurus permukaan air laut yang membentuk kurva/grafik sinusoidal. 
Gelombang laut disebabkan oleh angin. Angin di atas lautan mentransfer 
energinya ke perairan, menyebabkan riak-riak, alun/bukit, dan berubah 
menjadi apa yang kita sebut sebagai gelombang.


Pergerakan partikel zat cair pada gelombang
Dari gambar diatas sebenarnya pelampung bergerak dalam suatu lingkaran (orbital)
 ketika gelombang bergerak naik dan turun. Partikel air berada dalam 
satu tempat, bergerak di suatu lingkaran, naik dan turun dengan suatu 
gerakan kecil dari sisi satu kembali ke sisi semula. Gerakan ini memberi
 gambaran suatu bentuk gelombang. Pelampung yang mengapung di air pindah
 ke pola yang sama, naik turun di suatu lingkaran yang lambat, yang 
dibawa oleh pergerakan air.
Di bawah permukaan, gerakan berputar gelombang itu semakin mengecil. Ada
 gerak orbital yang mengecil seiring dengan kedalaman air, sehingga 
kemudian di dasar hanya akan meninggalkan suatu gerakan kecil mendatar 
dari sisi ke sisi yang disebut “surge” .
2.4.1. Pengaruh Gelombang
Pada kondisi sesungguhnya di alam, pergerakan orbital di perairan dangkal (shallow water) dekat dengan kawasan pantai dan energi gelombang mampu mempengaruhi kondisi pantai.
Ketinggian dan periode gelombang tergantung kepada panjang fetch 
pembangkitannya. Fetch adalah jarak perjalanan tempuh gelombang dari 
awal pembangkitannya. Fetch ini dibatasi oleh bentuk daratan yang 
mengelilingi laut. Semakin panjang jarak fetchnya, ketinggian 
gelombangnya akan semakin besar. Angin juga mempunyai pengaruh yang 
penting pada ketinggian gelombang. Angin yang lebih kuat akan 
menghasilkan gelombang yang lebih besar.
Gelombang yang menjalar dari laut dalam (deep water) menuju ke 
pantai akan mengalami perubahan bentuk karena adanya perubahan kedalaman
 laut. Apabila gelombang bergerak mendekati pantai, pergerakan gelombang
 di bagian bawah yang berbatasan dengan dasar laut akan melambat. Ini 
adalah akibat dari friksi/gesekan antara air dan dasar pantai. Sementara
 itu, bagian atas gelombang di permukaan air akan terus melaju. Semakin 
menuju ke pantai, puncak gelombang akan semakin tajam dan lembahnya akan
 semakin datar. Fenomena ini yang menyebabkan gelombang tersebut 
kemudian pecah.

Perubahan bentuk gelombang yang menjalar mendekati pantai
Ada dua tipe gelombang, bila dipandang dari sisi sifat-sifatnya, yaitu:
- Gelombang pembangun/pembentuk pantai (Constructive wave).
- Gelombang perusak pantai (Destructive wave).
Yang termasuk gelombang pembentuk pantai, bercirikan mempunyai 
ketinggian kecil dan kecepatan rambatnya rendah. Sehingga saat gelombang
 tersebut pecah di pantai akan mengangkut sedimen (material pantai). 
Material pantai akan tertinggal di pantai (deposit) ketika aliran balik 
dari gelombang pecah meresap ke dalam pasir atau pelan-pelan mengalir 
kembali ke laut.

Gelombang pembentuk pantai
Sedangkan gelombang perusak pantai biasanya mempunyai ketinggian dan 
kecepatan rambat yang besar (sangat tinggi). Air yang kembali berputar 
mempunyai lebih sedikit waktu untuk meresap ke dalam pasir. Ketika 
gelombang datang kembali menghantam pantai akan ada banyak volume air 
yang terkumpul dan mengangkut material pantai menuju ke tengah laut atau
 ke tempat lain.

Gelombang perusak pantai
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1. Metode Penghitungan Pasang Surut
Adanya gaya tarik bumi dan benda langit (bulan dan matahari), gaya 
gravitasi bumi, perputaran bumi pada sumbunya dan perputaran bumi 
mengelilingi matahari menimbulkan pergeseran air laut, salah satu 
akibatnya adalah terjadinya pasang surut laut. Fenomena alam tersebut 
merupakan gerakan periodik, maka pasang surut yang ditimbulkan dapat 
dihitung dan diprediksikan (www.bakosurtanal.go.id).
Dalam penelitian lebih lanjut diketahui bahwa untuk setiap tempat yang 
mengalami pasang surut mempunyai ciri tertentu yaitu besar pengaruh dari
 tiap-tiap komponen selalu tetap dan hal ini disebut tetapan pasang 
surut. Selama tidak terjadi perubahan pada keadaan geografinya, tetapan.
 tersebut tidak akan berubah. Apabila tetapan pasang surut untuk suatu 
tempat tertentu sudah diketahui maka besar pasang surut untuk setiap 
waktu dapat diramalkan (www. digilib.itb.ac.id).
- Metode Tide Pole (Palem Pasut)
Metode yang digunakan untuk mengukur pasang surut yaitu dengan Tide Pole
 yang merupakan alat pengukur pasut yang paling sederhana yang berupa 
papan dengan tebal 1 – 2 inci dan lebar 4 – 5 inci. Sedangkan panjangnya
 harus lebih dari tunggang pasut. Dimana pemasangan tide pole ini haruslah pada kondisi muka air terendah (lowest water) skala nolnya masih terendam air, dan saat pasang tertinggi skala terbesar haruslah masih terlihat dari muka air tertinggi (highest water).
 Dengan demikian maka tinggi rendahnya muka air laut dapat kita ketahui 
dengan melihat menggunakan teropong atau melakukan pengamatan secara 
langsung mendekati pelem pasuttersebut, kita dapat mengetahui pola pasang surut pada suatu daerah pada waktu tertentu. Lokasi
 pemasangan palem pasut harus berada pada lokasi yang aman dan mudah 
terlihat dengan jelas, tidak bergerak-gerak akibat gelombang atau arus 
laut. Tempat tersebut tidak pernah kering pada saat kedudukan air yang 
paling surut. Oleh karena itu panjang rambu pasut yang dipakai sangat 
tergantung sekali pada kondisi pasut air laut di tempat tersebut. Pada 
prinsipnya bentuk rambu pasut hampir sama dengan rambu dipakai pada 
pengukuran sifat datar (leveling). Perbedaannya hanya dalam mutu rambu 
yang dipakai. Mengingat bagian bawah palem pasut harus dipasang terendam
 air laut, maka palem dituntut pula harus terbuat dari bahan yang tahan 
air laut. Biasanya titik nol skala rambu diletakkan sama dengan muka 
surutan setempat, sehingga setiap saat tinggi permukaan air laut 
terhadap muka surutan tersebut atau kedalaman laut dapat diketahui 
berdasarkan pembacaan pada rambu. Palem pasut hampir selalu digunakan 
pada pelabuhan-pelabuhan laut. Dengan demikian hal ini sangat membantu 
bagi keamanan kapal yang akan berlabuh atau meninggalkan pelabuhan.
Alat yang diperlukan :
- Alat pertukangan (palu, kayu)
- Bambu seperlunya
- Kerung Beras Plastik
- Palem pasut yaitu papan kayu dengan panjang 4 meter, lebar 15 cm dan tebal 3 cm yang berskala tiap 20 cm

- Papan kayu 15 cm dan panjang 3 meter
- Tali nylon
Pencatatan data Pasut
- Pengamatan tinggi air dilaksanakan setiap 30 menit sekali dengan menggunakan palm.
- Pencatatan data pasut dilakukan dengan membaca ketinggian permukaan air yang ditunjukkan oleh skala palem.
- Dilakukan pada malam hari, hendaknya diterangi dengan menggunakan senter.
3.2.Metode Pengukuran Arus
- Float Tracking (Metode Lagrangian)
Untuk mengukur arus laut menggunakan Float Tracking dengan prinsip 
kerja  berdasarkan pada gerak naik turunnya permukaan laut yang dapat 
diketahui melalui  pelampung.  Alat ini harus dipasang pada tempat yang 
tidak begitu besar dipengaruhi oleh gerakan air laut sehingga pelampung 
dapat bergerak secara vertikal dengan bebas. Setelah itu, diamati 
pergerakan pelampung selama 5 menit.  Kemudian catat koordinat daerah 
kemana pelampung bergerak dengan GPS (Global Position System).
Alat yang diperlukan :
a.       Float Tracking : untuk mengukur arus

a.       GPS (Global Position System) : untuk mengetahui titik koordinat

a.       Kompas : untuk mengetahui arah pergerakan arus
b.      Topdal (dari pelampung bola)
c.       Stopwatch : untuk menghitung gelombang laut
Dengan cara kerja sebagai berikut:
a.       Persiapkan alat Float Tracking
b.      Lepaskan alat Float Tracking ke laut dengan jarak 15 meter dari pinggir pantai.
c.       Catat posisi waktu pelepasan dengan GPS. Biarkan Float Tracking
 hanyut mengikuti arus. Setelah rentang waktu 5 menit catat kembali 
posisi float tracking dengan GPS.
d.      Catat semua kondisi local seperti cuaca (hujan, cerah) dan 
kondisi banjir, normal atau musim kemarau, laut dalam kondisi pasang 
atau surut.
e.       Bilamana terjadi floating tracking berhenti karena pembeban 
mengenai dasar laut. Maka float tracking dapat dipindahkan kembali ke 
posisi pencatatan terakhir. Kemudian float tracking dilepas kembali.
f.       Demikian seterusnya hingga float tracking berhenti.
1.2. Metode Pengukuran Gelombang
Pengukuran gelombang dilakukan dengan menggunakan Wave Pole, yaitu
 papan kayu dengan panjang 4 meter, lebar 15 cm dan tebal 3 cm yang 
berskala tiap 20 cm. Pengukuran tinggi gelombang dilakukan dengan 
mengamati puncak dan lembah, perhitungan periode gelombang dilakukan 
dengan menghitung waktu gerakan gelombang melewati titik tertentu.
Peralatan lain yang digunakan :
- Alat pertukangan (palu, kayu)
- Bambu seperlunya
- Kerung Beras Plastik
- Kompas dan Stopwatch
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1. Pengukuran Pasang Surut
Dalam praktikum kali ini kita melakukan pengukuran pasang surut dengan 
metode Tide Pole (Palem Pasut), yaitu pengukuran dengan menggunakan 
rambu pasut sudah tertera angka-angka yang dapat menunjukkan ketinggian 
pasang surut terendah dan tertinggi. Praktikum ini dilakukan pada 
tanggal 31 – 1 Mei 2010 mulai pukul 14:00 s/d 12:00 WIB dengan kondisi 
cuaca yang relatif cerah, ombak sedang, angin berhembus sedikit kencang,
 semakin lama angin dan ombak semakin tinggi, dan air laut keruh. Hasil 
pengukuran berupa ketinggian air setiap 30 menit sekali. Berikut ini 
adalah data pasut yang diperoleh dari pengamatan yang kami lakukan.
Tabel Pengamatan Pasut
| Waktu Pengamatan (WIB) | Ketinggian air (m) | 
| 14:00 | 0,69 | 
| 14:30 | 0,85 | 
| 15:00 | 0,75 | 
| 15:30 | 0,9 | 
| 16:00 | 0,8 | 
| 16:30 | 0,7 | 
| 17:00 | 0,8 | 
| 17:30 | 0,6 | 
| 18:00 | 0,7 | 
| 18:30 | 0,6 | 
| 21:00 | 0,28 | 
| 21:30 | 0,28 | 
| 22:00 | 0,3 | 
| Waktu Pengamatan (WIB) | Ketinggian air (m) | 
| 22:30 | 0,34 | 
| 23:00 | 0,38 | 
| 23:30 | 0,34 | 
| 24:00 | 0,44 | 
| 00:30 | 0,44 | 
| 01:00 | 0,36 | 
| 01:30 | 0,43 | 
| 02:00 | 0,38 | 
| 02:30 | 0,4 | 
| 03:00 | 0,44 | 
| 03:30 | 0,46 | 
| 04:00 | 0,5 | 
| 06:00 | 0,38 | 
| 06:30 | 0,3 | 
| 07:00 | 0,3 | 
| 07:30 | 0,38 | 
| 08:00 | 0,38 | 
| 08:30 | 0,36 | 
| 09:00 | 0,36 | 
| 09:30 | 0,38 | 
| 10:00 | 0,4 | 
| 10:30 | 0,42 | 
| 11:00 | 0,41 | 
| 11:30 | 0,58 | 
| 12.00 | 0,61 | 
4.2. Pengukuran Arus
Dalam praktikum kali ini kita melakukan pengukuran arus dengan metode 
lagrangian (Float Tracking), yaitu pengukuran arus menggunakan alat 
Float tracking yang sederhana menggunakan topdal (dari pelampung bola) 
dan GPS ( Global Position System ), stopwatch, dan kompas. Prinsip 
kerjanya  berdasarkan pada gerak naik turunnya permukaan laut yang dapat
 diketahui melalui  pelampung.   Pengukuran dilakukan pada tanggal 31 
Mei 2010, tepatnya pada pukul 15.00 WIB dengan kondisi cuaca yang 
relatif cerah, ombak sedang, angin berhembus sedikit kencang, semakin 
lama angin dan ombak semakin tinggi, dan air laut keruh. Hasil 
pengukuran berupa data koordinat dengan pergerakan alat float tracking. 
Berikut ini beberapa koordinat yang didapat di beberapa titik tracking 
yaitu :
Titik A = S: 06º44’02.1”
E: 108º35’11.2”
Titik B = S: 06º44’02.8”
E: 108º35’11.0”
Titik C = S: 06º44’03.1”
E: 108º35’10.9”
4.2. Pengukuran Gelombang
- Data Gelombang
| Puncak Gelombang | Lembah Gelombang | Periode 2 m | Periode 3 m | Periode 4 m | Periode 5 m | 
| 10.5 | 6.5 | 1.40 | 1.63 | 2.83 | 2.72 | 
| 9 | 7 | 1.42 | 1.90 | 2.29 | 2.39 | 
| 9.2 | 6.8 | 1.51 | 2.12 | 2.61 | 2.59 | 
| 9.2 | 7.2 | 1.67 | 1.91 | 2.15 | 2.82 | 
| 8.8 | 6.8 | 1.34 | 2.00 | 2.00 | 2.28 | 
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Pengukuran Pasang Surut
Pengamatan pasut secara langsung dilakukan pada tanggal 31 – 1 Mei 2010 
sekitar pukul 15.00 – 12.00 WIB di Pantai Pelabuhan, Kejawanan, Cirebon 
selama 1 hari atau ± 24 jam, secara berkelompok dengan menggunakan 
peralatan antara lain : palm pasut dan teropong. Palm pasut diamati per 
30 menit kemudian dicatat ketinggian air tertinggi dan air terendah. 
Dalam pengamatan mungkin terdapat kesalahan pengukuran ketinggian air 
karena faktor ketepatan dalam menentukan tinggi air. Setelah data yang 
didapatkan kemudian dimasukkan dalam table pengamatan pasut. Lalu, 
setelah data dimasukkan dalam tabel kemudian diplotkan dalam grafik. 
Dari grafik tersebut dapat terlihat bahwa dari ketinggian air jenis 
perairan tersebut memiliki tipe pasang surut Campuran Condong Harian Ganda (Mixed Tide predominantly Semi-diurnal Tide).
  Karena di perairan Cirebon cenderung terjadi dua kali pasang dan dua 
kali surut. Disini terlihat bahwa gerakan naik turun tidak stabil karena
 pada saat pukul 21:00 mulai surut dan mulai naik turun pasang surutnya.
 Dan pada saat puku 09:00 pagi pasang mulai terlihat secara perlahan.
Berikut ini grafik pasut yang telah diplotkan :

Dibandingkan dengan Data Pengamatan dari data sekunder yaitu :
| Waktu Pengamatan (WIB) | Ketinggian air (m) | 
| 14:00 | 0,9 | 
| 15:00 | 0,9 | 
| 15:30 | 0,9 | 
| 16:00 | 0,9 | 
| 17:00 | 0,8 | 
| 18:00 | 0,7 | 
| 19:00 | 0,6 | 
| 20:00 | 0,5 | 
| 21:00 | 0,4 | 
| 22:00 | 0,4 | 
| 23:00 | 0,5 | 
| 24:00 | 0,5 | 
| 01:00 | 0,6 | 
| 02:00 | 0,6 | 
| 03:00 | 0,7 | 
| 04:00 | 0,6 | 
| 05:00 | 0,6 | 
| 06:00 | 0,5 | 
| 07:00 | 0,4 | 
| 08:00 | 0,4 | 
| 09:00 | 0,4 | 
| 10:00 | 0,5 | 
| 11:00 | 0,6 | 
| 12.00 | 0,7 | 

Grafik di atas menunjukkan bahwa grafik di atas tidak jauh berbeda 
dengan data yang kelompok kami amati. Jenis  tipe pasang surut Campuran Condong Harian Ganda (Mixed Tide predominantly Semi-diurnal Tide). Karena pasang dan surutnya tidak stabil. Pada pukul 21.00 terlihat mulai surut, kemudian mulai pasang pada pukul 10:00 pagi.
GRAFIK PASANG SURUT

5.2. Pengukuran Arus
Pengamatan arus secara langsung dilakukan pada tanggal 31 Mei 2010 
sekitar pukul 15.00 WIB secara berkelompok dengan menggunakan peralatan 
antara lain : GPS, stopwatch, kompas, dan alat float tacking yang 
sederhana menggunakan topdal (dari pelampung bola). Kemudian cara 
kerjanya dengan mengamati arah pergerakan permukaan laut yang kemudian 
dicatat dengan GPS dengan waktu 5 menit sekali. Dalam pengamatan mungkin
 terdapat kekurangan dalam mengambil titik tracking karena adanya 
keterbatasan waktu.
Setelah didapat beberapa koodinat di beberapa titik tracking, maka 
selanjutnya koordinat yang paling selatan dan koordinat yang paling 
timur diurutkan dan dapat disusun pada tabel sebagai berikut :
| No | South | East | 
| 1. | 06º44’03.1” | 108º35’11.2” | 
| 2. | 06º44’02.8” | 108º35’11.0” | 
| 3. | 06º44’02.1” | 108º35’10.9” | 
Kemudian diplotkan dalam kertas grafik yang memperlihatkan arah 
pergerakan arus. Grafik pergerakan arus dapat digambarkan pada grafik di
 bawah ini :

Dari gambar grafik yang telah diplotkan di atas, kemudian perlu 
menghitung variabel kecepatannya, yaitu dengan cara menghitung jarak 
tempuh arus selama selang waktu yang ditentukan yaitu selama  5 menit 
sekali dengan rumus kecepatan  :
Berikut perhitungannya:
Titik A (x,y) = (2.1 , 11.2)
Titik B (x,y) = (2.8, 11.0)
Titik C (x,y) = (3.1, 10,9)
Jarak titik A ke B dapat kita hitung AB = √(2.1-2.8)2 + (11.2-11)2
= √0,49 + 0.4 = 1.1
Karena jarak AB masih dalam detik, maka kita ubah ke dalam meter dengan persamaan
1 menit = 1 mil = 1852 m.
Jadi, jarak dalam meter di dapat 33,95 m dengan selang waktu 5 menit ( 300 detik )
V AB =                   V =   =   0,113 m ∕ s
Jarak dari titik  B ke C dapat kita hitung BC = √(2.8-3.1)2 + (11.0-10,9)2
= √0,09 + 0.01 = 0,31
V BC=  0,31m ∕ s
Setelah didapat beberapa nilai kecepatan arus di beberapa titik, kita 
bisa menghitung  kecepatan arus rata-ratanya dalam selang waktu 
praktikum pengukuran ( 5menit x 2 ), yaitu
v AB+ v BC =  0.113+0.31 =  0,212  m ∕ s
2                      2
Jadi dari perhitungan diatas didapat nilai kecepatan rata-rata arus saat
 pengukuran adalah  0,212 m ∕ s  dari arah barat menuju ke timur
Dari hasil pengolahan data , kita dapat melihat bahwa arus bergerak dari
 arah barat menuju timur, kita dapat melihat bahwa arus bergerak dari 
arah barat menuju timur. Seperti yang diketahui, pola arus di lautan 
dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu; arus yang disebabkan akibat 
sebaran densitas air laut yang tidak merata, arus akibat pergerakan 
angin di permukaan dan arus yang ditimbulkan oleh pasang surut.
Pada praktikum kali ini dilaksanakan di pantai Pelabuhan Kejawanan 
Cirebon pada bulan Mei  yang berarti angin yang berhembus adalah angin 
yang dipengaruhi angin Muson Barat (bulan Oktober-Mei) yang menyebabkan 
Benua Australia musim panas, sehingga bertekanan rendah. Sedangkan Benua
 Asia lebih dingin, sehingga tekanannya tinggi.

Nampak gambar pada gambar di atas selama musim barat, Angin ini bertiup 
saat matahari berada di belahan bumi selatan, dan terlihat arus angin 
dari daratan Asia ke selatan bertemu dengan arus angin dari Australia 
yang ke utara berarti daerah perairan Cirebon, arah pergerakan arus laut
  bergerak dari barat ke timur.
5.3.  Pengukuran Gelombang
| No. | Waktu Pengamatan | Tinggi Gelombang | Periode gelombang 5 meter | Arah gelombang | 
| 1. | 14.30 WIB | 40 cm | 2.28 detik | Menuju Pantai | 
| 2. | 14.30 WIB | 24 cm | 2.39 detik | Menuju Pantai | 
| 3. | 14.30 WIB | 24 cm | 2.59 detik | Menuju Pantai | 
| 4. | 14.30 WIB | 20 cm | 2.72 detik | Menuju Pantai | 
| 5. | 14.30 WIB | 20 cm | 2.52 detik | Menuju Pantai | 
| 6. | 14.30 WIB | 20 cm | 2.82 detik | Menuju Pantai | 
| 7. | ||||
| 8. | ||||
| 9. | ||||
| 10. | ||||
| Rata-rata = | 24.67 cm | 2.55 detik | ||
Tinggi Gelombang Signifikan :
v  33% x 6 = 1.8 (2)
Ø  Pembahasan Pengukuran Gelombang
Pengamatan gelombang secara langsung dilakukan pada sekitar pukul 14.30 
WIB secara berkelompok dengan pola kerjasama dengan menggunakan 
peralatan antara lain: wave pole (papan kayu panjang 4 meter berskala 
tiap 20 cm) yang dibawahnya di kaitkan dengan karung beras berisi pasir 
yang berfungsi sebagai pemberat yang menstabilkan tegakkan wave pole, 
stopwatch yang berfungsi menghitung waktu, dan buku pencatat gelombang 
yang berfungsi mencatat hasil-hasil pengamatan. Pengamatan gelombang 
yang dilakukan yaitu mengukur tinggi gelombang dan menghitung periode 
gelombang.
Pengukuran tinggi gelombang dilakukan dengan mengamati batas puncak 
gelombang dan batas lembah gelombang yang melewati wave pole yang kami 
letakkan di sekitar 30 meter dari garis pantai untuk kemudian dicatat. 
Perhitungan periode gelombang dilakukan dengan cara ; pertama, 
menentukan titik tetap dari letak wave pole dengan jarak 2 meter, 3 
meter, 4 meter, dan 5 meter yang berfungsi sebagai acuan jarak untuk 
menentukan periode/waktu gelombang. Periode gelombang di hitung pada 
saat gelombang melewati wave pole sampai gelombang tersebut melewati 
batas titik tetap yang tadi telah ditentukan (perhitungan periode 
gelombang ini dilakukan sebanyak 5 kali ulangan).
Dalam melakukan setiap pengamatan, kami tidak secara sembarangan 
menentukan gelombang datang yang akan kami amati, akan tetapi kami 
menentukan gelombang berdasarkan kriteria tertentu yang di antaranya: 
gelombang tidak rusak terkena pengaruh dari gelombang lain (bertumbukan,
 belok), gelombang harus gelombang yang sempurna atau masih utuh / belum
 pecah, dan gelombang datang searah horizontal terhadap letak kami 
berdiri.
Dalam melakukan pengamatan gelombang, terdapat beberapa kendala yang 
terjadi, salah satunya yaitu wave pole kurang sempurna berdiri vertikal 
disebabkan kurangnya karung berisi pasir dan kuatnya gelombang serta 
arus yang membuat wave pole menjadi miring. Hal tersebut tentu saja 
mengganggu pengamatan kami dalam hal keakuratan hasil pengamatan 
gelombang yang kami dapatkan.
BAB VI
KESIMPULAN
Kesimpulan dari pembahasan di atas adalah praktikum dilaksanakan di 
Pantai Pelabuhan Kejawanan Cirebon pada tanggal 31 Mei – 1 Juni 2010. 
Disana kami melakukan pengambilan data arus, pasang-surut, dan 
gelombang.
Dari pengolahan data tersebut kami peroleh hasil bahwa jenis perairan tersebut memiliki tipe pasang surut Campuran Condong Harian Ganda (Mixed Tide predominantly Semi-diurnal Tide),
 arus di perairan tersebut bergerak dari arah barat menuju timur karena 
angin dipengaruhi angin Muson Barat (bulan Oktober-Mei) yang menyebabkan
 Benua Australia musim panas, sehingga bertekanan rendah. Sedangkan 
Benua Asia lebih dingin, sehingga tekanannya tinggi. Gelombang pada 
perairan tersebut tidak terlalu besar karena topografi perairan yang 
landai merupakan perairan pantai utara yang tenang.
DAFTAR PUSTAKA
- Wibisono, M.S. (2005) Pengantar Ilmu Kelautan, Grasindo : Jakarta
-          Supangat, Agus. (2000) Pengantar Oseanografi, ITB : Bandung
-          Nontji, Anugerah, Dr. 1987. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta
-          Triatmodjo, Bambang. 1996. Pelabuhan. Beta Offset. Yogyakarta
-          Triatmadja , Radianta. 2010. Teknik Pantai. http://elisa.ugm.ac.id/ teknik pantai
-          Anonim, 2010. ARUS-LAUT http://thebloghub.com/pages/Aku-Cinta-Bahari/arus laut
-          Anonim, 2010. Gelombang-Laut.http://faiqun.edublogs.org/2008/04/13/gelombang-laut/
-          Anonim, 2010. Pasang Surut.http://www.geography.learnontheinternet.co.uk/pasang surut
-          Anonim, 2010. http://www.operationaloceanography-brokdkp.com/index.php?news=14
-          Anonim, 2010. http://rageagainst.multiply.com/journal/item/35
 


 

 
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar